Beranda » Hadapi Varian Mu, RSUD Minta Pemkab Sidoarjo Jujur Soal Data Pandemi Covid-19

Hadapi Varian Mu, RSUD Minta Pemkab Sidoarjo Jujur Soal Data Pandemi Covid-19

Spread the love dnnmmedia

 

DNN, Sidoarjo – Direktur Utama RSUD Sidoarjo, dr. Atok Irawan meminta pemerintah, mulai dari pusat hingga kabupaten untuk jujur dalam soal penyajian data terkait pandemi Covid-19. Apalagi saat ini sudah muncul jenis baru dari virus corona, yakni varian Mu.

“Saya dengar, sudah ada menyebar sampai ke Malaysia. Jadi bukan tidak mungkin sebentar lagi akan masuk Indonesia. Tapi nggak usah terlalu khawatir juga, karena informasinya varian ini tidak seganas varian Delta,” katanya saat ditemui di kantornya, Rabu (08/09/2021).

Dijelaskannya, masalah kesimpang-siuran data ini justru semakin mempersulit penanganan pandemi Covid-19, baik di hulu maupun hilirnya. Termasuk soal Bed Ocupancy Ratio (BOR) yang menurutnya disiasati dengan menambah jumlah bed namun sebenarnya tidak mengatasi masalah yang sebenarnya.

“Yang kemarin saja, saya khan perintahkan staf RSUD untuk bikin baliho besar berisi informasi tentang pasien covid yang ditangani disini, termasuk yang meninggal. La datanya beda dengan yang di Dinkes (Dinas Kesehatan Sidoarjo-red),” ujar dokter spesialis paru-paru itu sembari tersenyum.

Saat badai pandemi mencapai puncaknya di bulan Juli lalu, jumlah pasien Covid yang ditangani di RSUD Sidoarjo pernah mencapai 300 orang lebih. Namun kini jumlahnya sudah menurun hingga tersisa 29 orang saja.

Selain itu, ia juga meminta Pemkab Sidoarjo untuk lebih memasifkan testing dan tracing untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya gelombang ketiga selain tetap meneruskan program vaksinasi massal pada warga.

“Proses pembentukan imunitas dalam tubuh seseorang yang sudah divaksin itu butuh waktu cukup lama. Sedikitnya dua minggu setelah dosis kedua. Di rentang waktu itu, virus corona tetap bisa menyerang. Jadi kuncinya tetap harus di 3 T (Tracing, Testing dan Treatment-red) tadi,” tandas dr Atok.

Langkah tersebut harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan agar penularan Covid-19 di wilayah Kabupaten Sidoarjo bisa diantisipasi sejak dini. “Jangan seperti kemarin, begitu sudah meledak, baru panik,” imbuhnya.

Salah satu bentuk kepanikan itu adalah keputusan mendirikan shelter-shelter isolasi terintegrasi pada saat kurva gerakan pandemi tersebut sudah landai bahkan mulai menunjukkan tren menurun. “Akhirnya percuma khan. Nggak banyak orang yang masuk kesana,” tukas dr Atok lagi.

Ke depan ia menyarankan, gerakan sosialisasi tentang protokol kesehatan harus tetap dimasifkan untuk membentuk kebiasaan baru masyarakat yang menurutnya efektif meminilisir kemungkinan terjadinya penularan virus asal Wuhan, Tiongkok itu.

Sebagai praktisi kesehatan yang berada di garda terdepan dalam penanganan medis, dr Atok beranggapan upaya pencegahan di sektor hulu itu justru harus dimulai dari sekarang ketika pandemi ini dalam posisi terkendali.

(Hans/Pramono)


Spread the love dnnmmedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *