Ali Aspandi (3 dari kanan) bersama pengurus Dekesda lainnya. |
DNN, SIDOARJO – Mendekati akhir masa baktinya, Pengurus Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) menggelar Diskusi dan Rapat Kerja dengan tema, ‘Memacu Seni Budaya Sidoarjo untuk Mewujudkan Sidoarjo Sebagai Kota Budaya’ di Hotel Fave, Kamis (18/11/2021) siang tadi hingga besok.
Ketua Dekesda, Ali Aspandi, yang ditemui di lokasi kegiatan menyebutkan, diawal masa kepengurusan pada 2017 lalu pihaknya lebih fokus pada konsolidasi dan memperbanyak ragam even untuk menarik perhatian publik.
“Saat ini kami merasa sudah saatnya harus melakukan langkah yang lebih strategis lagi, yaitu membuat konsep pemajuan seni budaya berkelanjutan dan berdampak terhadap pembangunan Sidoarjo ke depan,” sebutnya.
Bertolak dari pemikiran itulah, Dekesda merasa perlu mencari jejak-jejak peristiwa seni budaya Sidoarjo di masa lalu dan masa kini, guna membuat strategi yang paling tepat untuk pemajuan sektor tersebut di masa depan.
“Dengan demikian, kita harus menggali fakta-fakta historis yang pernah ada di kabupaten Sidoarjo. Diantaranya, dulu pernah berdiri kerajaan Jenggolo dan Kahuripan, warisan budaya sepuluh candi, artefak yang tak terhitung jumlahnya, prasasti dan situs lainnya,” ujar pria yang berprofesi sebagai pengacara itu.
Termasuk warisan budaya Sidoarjo sebagai kota urban, dimana banyak para pendatang di kota ini yang membawa seni budayanya dari daerah asalnya masing-masing yang kemudian terakulturasi menjadi budaya baru yang dikenal sebagai budaya arek.
Diantaranya seni pertunjukan Wayang Kulit Gagrak Porongan, Reog Cemandi, Hadrah, Remo Munali Patah, Jaranan, Patrol, Kentrung, Terbang Jidor, Bantengan, dan lain-lain. “Fakta-fakta empiris seperti ini lah yang seharusnya kita jadikan landasan untuk menentukan arah dan strategi pemajuan seni budaya untuk masa depan Sidoarjo,” tambah Ali.
Lebih lanjut dikatakannya, Rapat Kerja Dekesda 2021 tersebut bertujuan agar semua pemangku kepentingan maupun stakeholder seni budaya di Kota Delta bersama-sama terpacu untuk mengisi Sidoarjo sebagai kota budaya dengan sistem tata kelola lebih baik lagi.
Menurutnya, hal ini tidak saja berdampak terhadap branding kabupaten Sidoarjo, tetapi juga berimbas pada kemajuan sektor pariwisata, bahkan Indeks Pembangunan Manusia bagi warga Sidoarjo akan terangkat juga.
Tema dengan pemikiran-pemikiran kritis di atas, akan menjadi agenda utama dalam rapat kerja Dewan Kesenian Sidoarjo tahun 2021.
Selain mengevaluasi program kerja, kegiatan ini juga melakukan persiapan Musyawarah Daerah Dekesda yang akan digelar tahun depan. “Termasuk, raker ini sebagai ajang silaturahmi bagi para komunitas yang ada Sidoarjo,” pungkas Ali. (pram/hans)