Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor saat menyampaikan klarifikasi terkait isu radikalisme. (Foto: Tangkap layar TV9)
DNN SIDOARJO – Ketua Himpunan Putra-Putri dan Keluarga Angkatan Darat (HIPAKAD) Sidoarjo, Husni Thamrin meminta pada bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali tidak asal ngomong tentang isu radikalisme yang justru menimbulkan kegaduhan di masyarakat.
“Kalau ngomong jangan asal nyeplos saja, harus berdasar data yang akurat, diinvestigasi dulu secara mendalam serta dikaji yang matang, setelah itu baru sampaikan informasinya ke masyarakat,” ungkapnya saat dihubungi melalui telepon selulernya, Kamis (10/02/2022) malam tadi.
Hal ini disampaikan untuk menyikapi pidato yang disampaikan Muhdlor saat menghadiri pelantikan pengurus MWC NU kecamatan Wonoayu, Minggu (06/02/2022). Dalam kesempatan itu Bupati terang-terangan menyebutkan para penganut paham radikalisme sudah menyusup di 15 kecamatan di Sidoarjo. Bahkan 7 wilayah kecamatan diantaranya dikategorikannya sebagai zona merah.
Muhdlor juga menegaskan, di wilayah Kecamatan Sedati ada sebuah Masjid yang dibagian bawah bangunannya terdapat bunker untuk menyimpan senjata.
“Ada di satu perumahan, jamaahnya hanya 30 orang, ini bahaya,” ungkapnya.
Husni Thamrin, SH.
Pernyataannya itu menjadi konsumsi publik setelah ditayangkan di salah satu stasiun televisi lokal. Video itupun menyebar dengan cepat dan meluas melalui berbagai platform media sosial hingga menimbulkan polemik di masyarakat.
Namun beberapa hari setelah video itu viral, Muhdlor pun menyampaikan klarifikasi melalui media yang sama. Menurutnya, pernyataan yang ia sampaikan sebelumnya merupakan hasil kajian ilmiah terkait radikalisme di Sidoarjo. Hanya saja ia tidak menyebutkan nama lembaga atau akdemisi yang melakukan kajian tersebut.
Muhdlor berdalih, bahkan lontarannya lalu bertujuan mengajak seluruh warga Sidoarjo mawas diri. “Diharapkan melalui momentum ini agar kita semua tidak apatis, baik NU maupun Muhammadiyah dan sebagainya untuk mengisi pos-pos, masjid-masjid di kampus maupun perumahan yang selama ini lepas sehingga memungkin untuk diisi orang-orang yang tidak bertanggungjawab,” sebutnya.
Di pada bagian akhir kalimatnya, putra pemangku Pondok Pesantren Bumi Sholawat itu mengajak semua stakeholder di kota delta untuk menyatupadukan paradigma untuk mencintai Sidoarjo dan menciptakan suasana yang nyaman.
Tentang itu, Husni Thamrin menambahkan justru pernyataan kontroversi Muhdlor itulah yang membuat suasana di Sidoarjo memanas.
“Coba bayangkan, 15 kecamatan itu tidak sedikit, Sidoarjo ini ada 18 kecamatan, artinya 90 persen lebih Sidoarjo ini terpapar faham radikalisme dong,” sergahnya.
Diperincinya lagi, jika rata-rata tiap kecamatan terdiri dari 15 desa, itu artinya ada 225 desa yang sudah disusupi kelompok yang membahayakan ini.
“Kalau datanya itu benar, berarti kondisi keamanan di Sidoarjo sekarang ini sudah sangat berbahaya. Namun faktanya, yang kita rasakan bersama, aman-aman saja,” ujar Husni lagi.
Ia berharap, Muhdlor lebih hati-hati lagi saat menyampaikan pernyataannya pada publik. Apalagi terkait dengan isu-isu yang terbilang sangat sensitif bagi masyarakat, seperti radikalisme ini.(hans/pram)