Atraksi Jaranan yang disajikan dalam peresmian Omah Budaya Anggaswangi
DNN, SIDOARJO – Sudah saatnya seluruh elemen masyarakat kota delta bersatu padu menjadikan Sidoarjo sebagai kota Budaya karena begitu banyaknya potensi kebudayaan lokal yang harus dipertahankan dan bisa dijadikan ikon daerah.
Pernyataan tersebut muncul saat peresmian Oma Budaya Anggaswangi (OBA) di Desa Anggaswangi, Kecamatan Sukodono, Sabtu (26/02/2022) siang yang dihadiri oleh para pegiat seni dan budaya Sidoarjo.
Pemilik Rumah Budaya dan Museum di Desa Wunut, Kecamatan Porong, Sukarno mengatakan salah satu cara yang bisa ditempuh untuk menjadikan Sidoarjo sebagai kota budaya adalah memperbanyak sentra-sentra seni dan kebudayaan lokal seperti OBA.
“Sekarang ini mau disebut kota udang, tidak ada udangnya. Sebagai kota bandeng, tidak ada bandengnya. Sebagai kota penghasil gula, sudah tidak ada pabrik gulanya. Yang ada adalah Kota Budaya. Mewujudkan Sidoarjo sebagai Kota Budaya adalah tanggung jawab kita bersama,” tandas Sukarno.
Surono Tawar Gonzales,
Ketua Omah Budaya Anggaswangi.
Ia sendiri mengaku sudah melemparkan gagasan ini ke Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor. “Sudah saya kirimi surat, tapi sampai sekarang belum ada tanggapan,” kata pria 77 tahun yang juga giat melakukan penelitihan sejarah Sidoarjo di masa kuno itu.
Sementara ituKetua Komunitas Budaya BrangWetan, Henri Nurcahyo mengaku senang dengan semakin banyaknya sentra-sentra budaya yang bermunculan di Sidoarjo. Dia juga menyambut baik kehadiran OBA dan juga komunitas budaya lainnya yang juga baru lahir, diantaranya Rika Rahayu Rasmi (R3).
“Akan semakin baik kalau pusat-pusat budaya ini saling bersinergi dan berkolaborasi dalam menjalankan program-program kerjanya untuk memperkuat kebudayaan lokal Sidoarjo,” kata Henri yang sekaligus memandu acara peresmian ini.
Dikatakannya, pengertian budaya tidak cukup dimaknai dengan produk kesenian saja. Namun kebudayaan mencakup seluruh hasil karya, cipta, rasa dan karsa manusia yang diterima bersama dan dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
“Produk makanan tradisional, adat istiadat, bahasa, budidaya pertanian dan kearifan lokal lainnya juga merupakan produk budaya yang harus dilestarikan dan dikembangkan. Jadi cakupan budaya itu sangat luas,” tutur mantan wartawan yang sudah menulis banyak buku itu.
Sementara itu Ketua OBA, Surono Tawar Gonzales mengatakan lahirnya OBA ini didorong oleh keinginan menciptakan ikon Desa Anggaswangi yang ia gagas bersama pengurus Karang Taruna Desa setempat.
Namun dalam perkembangannya, ia berharap OBA akan menjadi ikon di Kecamatan Sukodono bahkan Sidoarjo. Karena itu ia mengundang seluruh pegiat seni dan budaya di kota delta untuk bersama-sama mengembangkan OBA melalui berbagi program dan kegiatan.
“Salah satunya kami ingin membuka rumah baca sekaligus ajang diskusi. Selain itu kami juga akan memberikan pembelajaran baca tulis aksara Jawa serta segala makna luhur penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari pada anak dan juga remaja bahkan pemuda,” tambah seniman multi talenta itu.
Para tamu yang hadir dalam acara tersebut disuguhi berbagai macam jajanan tradisional Sidoarjo yang kini sudah sulit ditemukan. Selain itu warga juga dihibur dengan penampilan jaranan dari komunitas Sabrang Sidoarjo.(pram/hans)